Judul
Membangun Fondasi Ekonomi Umat - Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam
Pengarang
Penerbit
Tempat Terbit
Tahun Terbit
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
979-3477-52-0
Kolasi
xiv, 204 p. : 21 cm.
Subyek
Jenis Koleksi
Buku
Abstrak :

Diakui atau tidak, hampir di seluruh masyarakat Islam dihadapkan pada persoalan sama yakni lemahnya kekuatan ekonomi umat. Kalaupun ada orang yang kaya biasanya karena ia hidup di negara kaya dengan hasil bumi yang melimpah ruah. Jadi kekayaannya bukan karena prestasi kerja, inovasi ataupun kreatifitas. Kenyataan keterbelakangan, kemalasan, kebodohan, dan kemiskinan di hampir mayoritas umat Islam adalah hasil dari produk pemahaman dan pemaknaan ajaran Islam. Ajaran Islam seringkali justru dijadikan alat untuk melegitimasi kelemahan dan kebodohan mereka. 
Buku ini hadir dalam rangka memberikan pelurusan pemahaman yang selama ini dikotomis, yakni memisahkan dimensi dunia dan akhirat. Pemahaman bahwa keduniaan (harta kekayaan), jauh dari ibadah adalah sama sekali salah dan telah menjadi racun bagi umat Islam. Oleh karena itu harus ada perubahan penyampaian ajaran Islam, baik metode/pendekatan maupun materinya, dimana salah satu hal yang paling penting adalah menjadikan Islam sebagai landasan, motivasi, inspirasi dan sekaligus tujuan untuk meraih kekayaan harta benda.
Sumber bacaan: http://www.perpustakaan-stpn.ac.id

 
Judul: Melawan Globalisasi (Reinterpretasi Ajaran Islam; Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani)
Penulis: Dr. A. Qodri Azizy
Penerbit: Pustaka Pelajar, Cet. 3, 2004
Tebal: 216 hlm

Tekhnologi internet menawarkan dua budaya; budaya Hollywood dan budaya perpustakaan. Sayangnya, budaya Hollywood yang menawarkan pornografi, budaya masa, materialisme dan hedonism lebih menarik bagi generasi Y. Kehadiran internet, dengan kata lain, belum mampu menciptakan budaya perpustakaan serta meningkatkan etos pencarian dan pengembangan ilmu bangsa kita. Terhadap ‘ancaman’ ini, sejatinya Islam sebagai ‘agama pendidikan’ mempunyai peran besar. Dengan landasan amaliah keimanannya, pendidikan Islam harus mampu memberi benteng penangkal pengaruh budaya Hollywood.

Pada saat yang bersamaan, pendidikan Islam harus mampu membuat ‘screening’ dan memanfaatkan kehadiran internet untuk membangun budaya ilmu dan budaya perpustakaan. Ini menghajatkan sebuah sikap proaktif dan membuang sikap reaktif. Selain itu, hendaknya kita menempatkan posisi Islam bukan sebagai korban (victim) dari era internet. Kehadiran ruang virtual internet justru harus dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan Islam kepada generasi kita. Penyebaran nilai-nilai Islam lewat internet akan lebih cepat mewujudkan Islam sebagai yukhrijuhum min al-zhulumat ila al-nur (pengentaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya).

Sebagaimana dalam ajaran Islam lebih menekankan keseimbangan antara dunia dan akherat. Dari ajaran tersebut menjadikan kita mampu mendialogkan antara kepentingan dunia dan akherat. Nilai Islam menjadikan landasan, dasar motifasi dan inspirasi kebaikan dan kemajuan dunia. (Qodri Azizy: 2003).

Dalam menghadapi arus globalisasi ini mejadaikan kita harus bersikap kritis dan penuh hati-hati. Menurut Qodri Azizy masyarakat Islam dalam menilai globalisasi tersebut terbagi menjadi tiga farian besar:
  • Sikap dari golongan kaum Muslimin yang anti barat dan anti modernisme.
  • Kelompok yang terpengaruh oleh modernisasi dan sekulerisasi, kelompok tersebut menjadikan pemisahan antara agama dan politik atau maslah keduniaan lainnya. Kelompok ini menjadikan barat sebagai kiblat dan role mode masa depan atau bahkan menjadikan barat menjadi way  of life.
  • Kelompok yang bersikap kritis dan dan secara otomatis tidak bersikap anti terhadap barat dan modernisasi. Kelompok tersebut menerima dari barat degan menggunakan penyarinan dan melakukan pembenahan apabila tidak sesuai dengan prinsip mereka. Kelompok ketiga ini melakukan kerjasama dengan barat dan menunjukan identitasnya.
Globalisasi sebagai ancaman, dengan meyebarnya alat komunikasi, kita dapat mengakses dan melihat gambar-gambar jorok. Dengan melihat pruduk iklan menjadikan menjadikan masyarakat berbudaya kumsumtif dengan gaya hidup seperti apa yang ada pada sinetron atau bahkan senang dengan gaya hidup global. Dengan melihat adegan kekerasan menjadikan sifat dan mental anak kecil meniru kekerasan. Sedangkan bagi faham kebebasan menjadikan anak ABG mendefinisikan kebebesan sama dengan kebebasan pada dunia sekuler, sehingga disini nilai agama, norma dan budaya local terancam olehnya. Kebebasan tersebut adalah kebebasan yang menjurus pada kepuasan lahiriah (pleasure), egoisme, dan hedonisme.


Eklektisisme hukum nasional : kompetisi antara hukum Islam dan hukum umum / A. Qodri Azizy ;
Author
Azizy, Ahmad Qodri A. (Ahmad Qodri Abdillah),

prolog H. Busthanul Arifin.
Also Titled
Kompetisi antara hukum Islam dan hukum umum
Edition
Cet. 1.
Published
Yogyakarta : Gama Media, 2002.
Physical Description
xxiv, 260 p. ; 20 cm.

ABSTRAK:
penulis buku ini, tampak menguasai kedua bidang hukum, yaitu hukum Syariah dan hukum umum. ia memberi judul buku ini "Eklektisisme Hukum Nasional". Konsep yang diberikannya amat signifikan, memberikan jalan, agar hukum nasional yang telah se¬kian lama diidam-idamkan itu dapat terwujud. Yang dimaksud penulis buku ini adalah: membentuk hukum nasional kita dengan secara kritis memilih unsur-unsur dan i doktrin hukum umum (Barat) dan hukum Islam (Syariah), dua sistem atau doktrin hukum yang memang berlaku di Indonesia. Saya (Busthanul Arifin) berpendapat bahwa konsep yang diajukan Dr. A. Qodri Azizy, M.A. ini amat patut dan mungkin. Syarat yang harus dipenuhi adalah kesamaan persepsi antara para ulama (pemegang otoritas Syariah) dan para ahli hukum umum (Barat) atau sivitas akademika Fakultas Hukum. Untuk itu, perlulah konsep eklektisisme hukum [sebagaimana dalam buku] ini dijadi¬kan wacana nasional oleh kedua go¬longan itu. Dapat dikatakan bahwa konsep eklektisisme hukum akan me¬rupakan jalan lurus atau sirotol mus¬taqim terciptanya hukum nasional kita dan sekaligus akan terwujud apa yang diharapkan oleh penulis buku ini, yaitu terciptanya suatu Ilmu Hukum Indonesia. Insya-Allah! 

Sumber bacaan : http://www.perpustakaan-stpn.ac.id


Masykuri Abdillah
Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Demokrasi (1966-1993)
xiv + 355 hlm; 14,5 x 21 cm
ISBN: 979-8120-55-8

Harga: Rp.42.000
Studi ini menekankan perspektif teologis untuk melukiskan berbagai respons intelektual muslim Indonesia terhadap gagasan-gagasan demokrasi menurut ajaran Islam.
Kata ?respons? di sini mengindikasikan bahwa demokrasi tidak berasal dari kebudayaan Islam tetapi dari mengeksplorasi gagasan-gagasan demokrasi dalam islam, tetapi untuk melukiskan dan menganalisis bagaimana respons para intelektual muslim terhadap gagasan-gagasan demokrasi.
Maka, dari perspektif empiris, hal itu diikuti oleh pendekatan-pendekatan hukum, sosiologis, yakni analisis tentang bentuk respons mereka terhadap konsep demokrasi pancasila, peran dan proses demokratisasi di Indonesia.
Pencarian bentuk demokrasi yang cocok di Indonesia sebenarnya dimulai sejak persiapan kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Namun, konsep demokrasi PANCASILA yang definitif tidak pernah sendiri diklarifikasi secara resmi, sehingga berbagai penafsiran berjalan sendiri-sendiri baik oleh pemerintah maupun oleh para intelektual, termasuk para intelektual muslimnya.
Daftar Isi:
  • Dari Redaksi
  • Kata Pengantar
  • Daftar Isi
  • Bab I : Pendahuluan
  • Bab II : Islam dan Negara di Era Orde Baru (1966-1993)
    • A. Latar Belakang Sejarah
      B. Kebijakan Pemerintah terhadap Islam
      C. Islam dan Ideologi Negara Indonesia
  • Bab III : Respons terhadap Konsep Demokrasi dan Hak-hak Asasi Manusia
    • A. Respons Terhadap Konsep Demokrasi
      B. Respons Terhadap Konsep Hak-hak Asasi Manusia
  • Bab IV : Respons Terhadap Nilai-nilai Demokrasi
    • A. Respons Terhadap Prinsip Persamaaan
      B. Respons Terhadap Prinsip Kebebasan
      C. Respons Terhadap Prinsip Pluralisme
  • Bab V : Respons Terhadap Demokrasi di Indonesia
    • A. Respons Terhadap Konsep Demokrasi Pancasila
      B. Respons Terhadap Proses Demokratisasi
  • Bab VI : Aspirasi Umat Islam di bawah Demokrasi di Indonesia
    • A. Aspirasi Umat Islam tentang Tatanan Sosial
      B. Aktifitas Politik Islam
      C. Aktifitas Non-Politik Islam
  • Bab VII: Peran Intelektual Muslim dan Proses Demokratisasi
  • Bab VIII: Kesimpulan
  • Lampiran-lampiran
  • Lampiran I : Konstitusi Madinah
  • Lampiran II : The Cairo Declaration of Human Rights in Islam
  • Daftar Pustaka
  • Indeks
 Sumber bacaan : http://www.tiarawacana.co.id







 Author
: Prof. Dr. Masykuri Abdillah
ISBN/EAN
: 9786020312033
Publisher
: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Weight
: 300gr
Language
: Bahasa Indonesia
Pages
: 268
Height
: 230mm
Cover
: Soft Cover
Width
: 150mm
First Published
: 2015-01-15
EAN/ISBN
: 9786020312033

Sinopsis:
Islam diturunkan membawa misi sebagai rahmat bagi umat manusia (rahmah li al-âlamîn). Agama ini mengajarkan nilai-nilai yang bersifat universal, terutama akidah dan nilai-nilai dasar akhlak (etika-moral). Memang, sebagian ajaran Islam dalam bidang hukum (syariah) bersifat partikular. Namun, para ulama telah menetapkan filosofi dan etika hukum dalam bentuk maqâshid al-syarî’ah (tujuan syariah). 
Pengungkapan misi Islam, nilai-nilai dasar akhlak, dan maqâshid alsyarî’ah tersebut sangat penting, terutama dalam konteks akomodasi terhadap budaya lokal dan sistem nasional, serta respons terhadap peradaban modern atau ide-ide global yang sebenarnya diakomodasi hampir semua negara di dunia, seperti hak-hak asasi manusia, demokrasi, dan pluralisme. Dalam konteks Indonesia yang berideologi Pancasila dan dalam waktu bersamaan terjadi proses modernisasi, demokratisasi, sekularisasi, dan desekularisasi, Islam bisa melakukan peran integratif dan sekaligus korektif terhadap negara untuk memperkuat sistem demokrasi yang tetap menjunjung tinggi agama dan kemanusiaan. 
 Buku ini pantas dimiliki siapa saja, baik mahasiswa, akademisi, politisi, pejabat maupun tokoh masyarakat, karena memberikan banyak informasi tentang wawasan kebangsaan dan keagamaan dalam konteks pembangunan sistem demokrasi yang beradab, yang ditandai dengan terwujudnya pemerintahan yang adil, bersih dan akuntabel, serta masyarakat yang religius, jujur, damai, toleran dan menghargai kemajemukan.

Sumber bacaan : http://www.amazon.com


Prof. Dr. Masykuri Abdillah (dua dari kiri) pada acara bedah buku karyanya "Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia" di SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
JAKARTA, BERITA SEKOLAH: MENGAWALI perkuliahan semester genap tahun akademik 2014/2015, Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta menggelar Kuliah Umum dan Bedah Buku "Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia" karya Prof Dr Masykuri Abdillah -Pediri Yayasan Darussa'adah Rowosari Kendal (ed)- di Ruang Sidang pada 24 April 2015. Dua narasumber, yakni guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta Prof Dr Bachtiar Effendy dan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dr Muhammad Lutfhi, tampil sebagai pembahas utama pada diskusi yang dipandu Ketua Program Magister Dr JM Muslimin tersebut.
Buku besutan Gramedia tahun 2015 tersebut ditulis sebagai respon terhadap perubahan sosial politik di Tanah Air pascareformasi 1998, terutama dinamika Islam dalam bidang hak asasi manusia dan demokrasi, politik Islam, serta akhlak dan masalah kemasyarakatan. Diskusi dihadiri oleh sejumlah mahasiswa serta kalangan umum.
Masykuri mengungkapkan, umat Islam di dunia dewasa ini tengah menghadapi tiga problem utama, yakni tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah, kecenderungan mayoritas pemerintah di negara-negara Muslim yang bersikap otoriter, dan sistem nasional di mayoritas negara Muslim yang belum sejalan dengan Islam dan nilai-nilai kemanusiaan. Dari tiga aspek tadi, problem ketiga merupakan perjuangan yang masih terus dilakukan oleh umat Islam hingga kini.
“Perjuangan aspirasi tersebut yakni berlakunya ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan sesuainya kebijakan publik dengan ajaran Islam serta tersedianya sarana ibadah, kebebasan berdakwah  maupun kesempatan memperoleh pendidikan yang layak,” tandasnya.
Tak hanya itu, perjuangan aspirasi umat Islam juga ber-upaya menghapus segala bentuk kemaksiatan, seperti perjudian, pelacuran,  pornografi, dan peredaran minuman keras. “Namun, aspirasi tersebut kadang harus berhadapan dengan aspirasi lain yang tidak menghendaki akomodasi ajaran Islam dalam penentuan kebijakan publik, terutama aspirasi yang bersifat sekularistik,” jelas Masykuri (ed)

Sumber tulisan : http://graduate.uinjkt.ac.id

JAKARTA, BERITA SEKOLAH: MENGAWALI perkuliahan semester genap tahun akademik 2014/2015, Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta menggelar Kuliah Umum dan Bedah Buku Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia karya Prof Dr Masykuri Abdillah di Ruang Sidang pada 24 April 2015. Dua narasumber, yakni guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta Prof Dr Bachtiar Effendy dan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dr Muhammad Lutfhi, tampil sebagai pembahas utama pada diskusi yang dipandu Ketua Program Magister Dr JM Muslimin tersebut.
Buku besutan Gramedia tahun 2015 tersebut ditulis sebagai respon terhadap perubahan sosial politik di Tanah Air pascareformasi 1998, terutama dinamika Islam dalam bidang hak asasi manusia dan demokrasi, politik Islam, serta akhlak dan masalah kemasyarakatan. Diskusi dihadiri oleh sejumlah mahasiswa serta kalangan umum.
Masykuri mengungkapkan, umat Islam di dunia dewasa ini tengah menghadapi tiga problem utama, yakni tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah, kecenderungan mayoritas pemerintah di negara-negara Muslim yang bersikap otoriter, dan sistem nasional di mayoritas negara Muslim yang belum sejalan dengan Islam dan nilai-nilai kemanusiaan. Dari tiga aspek tadi, problem ketiga merupakan perjuangan yang masih terus dilakukan oleh umat Islam hingga kini.
“Perjuangan aspirasi tersebut yakni berlakunya ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan sesuainya kebijakan publik dengan ajaran Islam serta tersedianya sarana ibadah, kebebasan berdakwah  maupun kesempatan memperoleh pendidikan yang layak,” tandasnya.
Tak hanya itu, perjuangan aspirasi umat Islam juga ber-upaya menghapus segala bentuk kemaksiatan, seperti perjudian, pelacuran,  pornografi, dan peredaran minuman keras. “Namun, aspirasi tersebut kadang harus berhadapan dengan aspirasi lain yang tidak menghendaki akomodasi ajaran Islam dalam penentuan kebijakan publik, terutama aspirasi yang bersifat sekularistik,” jelas Masykuri (ed)
- See more at: http://graduate.uinjkt.ac.id/index.php/publikasi/berita-sekolah/533-bedah-buku-islam-dan-dinamika-sosial-politik#sthash.24xM9V3C.dpuf
JAKARTA, BERITA SEKOLAH: MENGAWALI perkuliahan semester genap tahun akademik 2014/2015, Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta menggelar Kuliah Umum dan Bedah Buku Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia karya Prof Dr Masykuri Abdillah di Ruang Sidang pada 24 April 2015. Dua narasumber, yakni guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta Prof Dr Bachtiar Effendy dan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dr Muhammad Lutfhi, tampil sebagai pembahas utama pada diskusi yang dipandu Ketua Program Magister Dr JM Muslimin tersebut.
Buku besutan Gramedia tahun 2015 tersebut ditulis sebagai respon terhadap perubahan sosial politik di Tanah Air pascareformasi 1998, terutama dinamika Islam dalam bidang hak asasi manusia dan demokrasi, politik Islam, serta akhlak dan masalah kemasyarakatan. Diskusi dihadiri oleh sejumlah mahasiswa serta kalangan umum.
Masykuri mengungkapkan, umat Islam di dunia dewasa ini tengah menghadapi tiga problem utama, yakni tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah, kecenderungan mayoritas pemerintah di negara-negara Muslim yang bersikap otoriter, dan sistem nasional di mayoritas negara Muslim yang belum sejalan dengan Islam dan nilai-nilai kemanusiaan. Dari tiga aspek tadi, problem ketiga merupakan perjuangan yang masih terus dilakukan oleh umat Islam hingga kini.
“Perjuangan aspirasi tersebut yakni berlakunya ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan sesuainya kebijakan publik dengan ajaran Islam serta tersedianya sarana ibadah, kebebasan berdakwah  maupun kesempatan memperoleh pendidikan yang layak,” tandasnya.
Tak hanya itu, perjuangan aspirasi umat Islam juga ber-upaya menghapus segala bentuk kemaksiatan, seperti perjudian, pelacuran,  pornografi, dan peredaran minuman keras. “Namun, aspirasi tersebut kadang harus berhadapan dengan aspirasi lain yang tidak menghendaki akomodasi ajaran Islam dalam penentuan kebijakan publik, terutama aspirasi yang bersifat sekularistik,” jelas Masykuri (ed)
- See more at: http://graduate.uinjkt.ac.id/index.php/publikasi/berita-sekolah/533-bedah-buku-islam-dan-dinamika-sosial-politik#sthash.24xM9V3C.dpuf

Islam dan Permasalahan Sosial
Penulis : Dr. A. Qodri A Azizy
Tebal : xxiv+244 halaman
Ukuran : 14,5 x 21 cm
ISBN : 979-8966-82-1
Terbit : Cet I, Juni 2000
Harga : 60.000,- Disc 10% =Rp. 54.000,-

Sinopsis
Ada banyak masalah yang ditelaah dan pengalaman yang hendak dibagi oleh penulis. Masalah-masalah tersebut dilihat dari sudut pandang keagamaan (Islam), karena memang penulis adalah seorang doktor di bidang studi-studi keislaman. Kendati demikian, sudut pandangnya tidaklah bersifat normatif. Sebagai seorang yang juga berkenalan dengan teori-teori ilmu sosial, pertimbangan dan analisis sosial juga masuk di dalam teropong ilmiahnya. Melalui reproduksi onggokan pikiran ini, kita mungkin bisa menilai akurasi dari suatu imajinasi pemikiran terhadap suatu masalah yang telah lama lewat. Sementara itu, melalui tulisan yang bersifat pengajuan agenda intelektual dan kerja, kita mungkin bisa menelaah lebih lanjut tawarannya.

Sumber : https://www.tokopedia.com

Islamic Studies


Islamic Studies 34:4 (1995)


 "IKHTILĀF" IN ISLAMIC LAW 
WITH SPECIAL REFERENCE TO THE SHĀFI'Ī SCHOOL
A. QODRI AZIZY



INTRODUCTION
When al-Shafi'i (d. 204/820) fitst came to Egypt, the Egyptians considered him a member of the Maliki school of law. Al-Safadi writes that al-Shafi'i changed his former opinion because, after he had stayed in Egypt, he saw that Malik's opinion had already become a doctrine which was believed as dogmatically as Christ's doctrine was believed. Therefore, al-Shafi'i contradicted Malik to show people that Malik was merely a thinker who could be wrong or right. Al-Safadi tells us that his judgement above is based on al-Shafi’I’s own statement: "1 have never seen [anyone] like the Egyptians who turn 'foolishness' into 'knowledge'; they say in every case, 'this is what Malik said'." Al-Shafi'i had die capacity for purely scholarly and religious considerations to change his opinion; he did not contradict Malik merely for the sake of contradiction. In fact al-Shafi'i was of such humble disposition and so self-denying that he did not even want his works to be attributed to him. AI-Shafi'i's second phrase, which condemned the Egyptians because of their rigid adherence to Malik's opinions, is in harmony with his own way of thinking. Thus, the reason why al-Shafi'i changed his former opinion in all cases is not just to contradict Malik, but rather because of differences of place, time, custom, and so on. We are told that when al-Shafi'i discussed the Successors (Tabi'un), he said: "They were people and we are [also] people {hum rijal wa nahnu rijal). This means that he would not blindly accept what the Successors had already decided; he preferred to have independent views. This attitude will certainly recognize differences of opinion (ikhtilaf) among jurists as legitimate.
What al-Shafi'i practised concerning the different opinions between himself and others, is discussed in his legal thought in his Risalah and Umm. These typically different opinions are later employed by his followers. Ikhtilaf occurred not only among his followers, but also between his followers and himself. Ikhlilaf among scholars has, in fact, characterized Islamic legal thought.

Sumber :http://www.jstor.org

Label

Selayang MA Darussa'adah

Selayang MA Darussa'adah

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Blog Archive