Tidak banyak yang tahu ada wanita dari Kendal Jawa Tengah berkiprah di kancah Internasional. Bahkan ia menjabat sebagai seorang menteri di negara asing. Adalah Tina Joemat- Pettersson, seorang wanita keturunan Jawa kini menjadi Menteri Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Afsel. Meski namanya Tina, namun sebenarnya nama tersebut berasal dari nama Sutinah, yang kedengerannya sangat Jawa sekali.

"Sebenarnya namanya Sutinah, tapi "Su" nya dihilangin," kata Dubes Indonesia untuk Afrika Selatan, Sjahril Sabaruddin saat melakukan courtessy call dengan Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat di Wisma Indonesia, Pretoria, Afsel, Senin (12/11/2011) malam. Sjahril mengetahui pemenggalan nama tersebut langsung dari Tina sendiri.




Bahkan, menurut Sjahril, Tina ingin sekali diundang ke Indonesia untuk bisa datang ke kampung leluhurnya. "Saya ingin melihat leluhur saya, saya ingin sekali melihat, " kata Sjahril menirukan Tina.

Saat berlangsung Konferensi Perubahan Iklim di Afsel yang baru saja berakhir minggu lalu, masih cerita Sjahril, Tina sempat melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Dari jadwal pertemuan yang harusnya cuma 30 menit, tapi akhirnya obrolan menjadi 1,5 jam, karena Tina bercerita panjang lebar tentang asal usulnya.

Bagaimana wajah Tina sendiri? "Sangat Jawa," tegas Sjahril.

Saat ini, imbuh Sjahril, sekitar 1,2 juta keturunan Melayu tinggal di Afsel, utamanya di Cape Malay, di Cape Town. "Mereka sehari-hari berbahasa Inggris, tapi sebagian kecil bisa bahasa Indonesia, tapi ejaan dulu, " ungkap Sjahril.


Menanggapi cerita Sjahril, Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat langsung merespons. Bisa saja Tina Joemat diundang ke Indonesia untuk semakin mempererat hubungan baik antara Indonesia dan Afrika Selatan. Jumhur pun berujar bisa saja mengusulkan ke Menteri Pertanian untuk mengundang Tina datang ke Indonesia.
Diolah dari https://news.detik.com dan banyak sumber






Bagi penikmat film lawas era 50-an pasti tidak asing dengan aktor yang satu ini. Adalah Bambang Irawan aktor dan sutradara Indonesia kesohor tanah air di masanya. lahir di Sendangkulon, Kangkung, Kendal, Jawa Tengah, 5 Februari 1932. Ia juga merupakan ayah dari aktris Ria Irawan. Debut karirnya dimulai saat ia bermain dalam film Tiga Dara (1956) dimana ia sebagai pemain. Dirinya juga sempat membuat perusahaan bernama PT Agora Film, yang meproduksi dan sekaligus ia menjadi pemainnya.

Bambang mulai melibatkan diri dalam dunia film pada 1955, sebagai pembantu penata suara dalam pembuatan film "Manusia Sutji" yang berlokasi di Bali. Tetapi karena waktu itu kekurangan pemain, maka sutradara Alam Surawidjaja sebagai sutradara tiba-tiba saja meminta Bambang untuk ikut main dalam film tersebut. Selain itu, sutradara Usmar Ismail mengajak Bambang ikut membintangi film Tiga Dara (1956) bersama si 'tiga dara' Chitra Dewi, Indriati Iskak, dan Mieke Wijaya. Ternyata film ini termasuk salah satu film laris Indonesia pada tahun 1950-an. Dan sejak itu Bambang Irawan mulai dikenal sebagai pemain film.  
Bambang Irawan (paling kiri) dalam film "Pedjuang"

Tahun-tahun berikutnya ia hampir selalu membintangi film-film produksi Perfini, seperti Asrama Dara (1958), Tjambuk Api (1958) dan Pedjuang (1960). Setelah delapan tahun menekuni dunia film, pada 1963 ia (bersama Hardjo Muljo) mendirikan perusahaan film yang mereka beri nama PT Agora (Arena Gotongrojong Artis) Film. Dalam periode 1963-1975, perusahaan ini berhasil memproduksi 21 film, dimana Bambang menjadi pemeran utama, sekaligus produsernya. Bahkan 8 film di antaranya ia merangkap sebagai sutradara. Antara lain dalam film Mahkota (1967), Insan Kesepian (1971), dan Sopir Taksi (1973).

Sejak 1976, Agora Film tidak lagi memproduksi film. Setelah menderita sakit yang cukup lama, Bambang Irawan wafat pada 8 Oktober 1979. Dua putrinya, Dewi Irawan (unggulan dalam film Titian Serambut Dibelah Tujuh, FFI 1983) dan Ria Irawan (Pemenang Citra, FFI 1988, sebagai aktris Pembantu dalam film Selamat Tinggal Jeanette) mengikuti jejaknya. Belakangan, hanya Ria Irawan dan Ade Irawan (istri Bambang Irawan) yang masih tetap menekuni dunia film dan sinetron. 


Diolah dari banyak sumber


Diantara momen yang hampir setiap tahun diperingati adalah ulang tahun, baik perorangan maupun kelompok. Tak terkecuali MA Darussa'adah yang sejak tahun 2016 menjadi MAK Darussa'adah Rowosari Kendal.

Sejak berdirinya pada 2005, setiap tanggal 2 Mei pada tahun-tahun berikutnya dipastikan ada kegiatan HUT. Bentuk kegiatannya sangat variatif. Namun yang hampir pasti tampil adalah Penampilan drama kreasi siswa. Berikut foto-foto jadul yang berhasil dihimpun redaksi pada HUT 5 tahun 2010.









 

 Jejak Intelektual-Birokrat: Meneladani Kearifan Prof.Dr.A.Qodri A.Azizy Biografi Prof.A.Qodri A.Azizy, mengenal sosoknya yang istimewa, multi-disiplin, birokrat yang berani dan peduli terhadap masyarakat. Penerbit: Literatur Nusantara. Penulis/ Pemimpin Redaksi: Abdul RoufAli Romdhoni. Tahun: 2013. Bahasa Indonesia. untuk memperoleh informasi lebih jelas tentang koleksi ini, silakan menghubungi kontak Perpustakaan PBNU yang beralamat di Gedung PBNU lantai 2 dengan nomor telepon 08161166426 atau email perpuspbnu@yahoo.co.id” http://nahdlatululama.id

[Semarang – elsaonline.com] Jejak perjalanan seseorang yang memiliki pemikiran yang progresif sangat penting sekali untuk diabadikan. Bahkan diukir namanya dalam sebuah perkumpulan untuk mengingat peranan tokoh tersebut dalam dunia pemikiran. Lebih dari itu, sosok pemikir tersebut ketika dituliskan dalam buku, karena ini akan membangkitkan semangat juang para generasinya.
Hal itulah yang menjadi dorongan Abdul Rouf dan Ali Romdloni, penulis buku “Jejak Intelektual Birokrat; Meneladani Kearifan Prof. Dr. A. Qodri A. Azizy”. Kedua penulis mengambil langkah ini untuk mengenang jejak pemikiran Prof. Qodri menjadi tambah yaki setelah mengkonsultasikan ide ini ke beberapa tokoh, baik dari lingkungan IAIN Walisongo maupun di luar.
“Langkah ini sebagai wujud pengabadian pemikiran dari Pak Qodri, dia adalah sosok aktifis namun birokratis”, jelas Rouf ketika sebagai sala satu Seminar Nasional, Bedah Buku dan Lauching Qodri Azizy Institute, di Hotel Ciputra (30/12).
Hal serupa juga disampaikan oleh Ali Romdloni, yang lebih akrab disapa Doni. Penulis yang sekarang ini menetap di Pati sangat menginspirasi pemikiran Prof. Qodri. “Saya menyimpulkan bahwa setidaknya pemikiran Pak Qodri mencakup tiga hal, kajian keislaman klasik, nasionalisme dan kemudian dalam metodologi pemikiran”, tutur Doni.
Pak Qodri, menurut Doni, tidak membedakan dan mendebatkan apakah ini ilmu Islam dan non Islam. Namun sosok inteletual mantan Rektor IAIN Walisongo 1999-2002 ini menyatukan ilmu pengetahuan tersebut. Bahkan dia mampu mendialogkan keilmuan dengan kondisi masyarakat sekitar.
Dalam Acara tersebut, hadir juga narasumber, Dr. A. Fadlil Sumadi, SH, M.Hum (Hakim Mahkamah Konstitusi RI), Prof. Dr. H. A. Gunaryo M.Soc, SC (Kemenag RI), Prof. Dr. Masykuri Abdillah (Watimpres RI), Dr. H. Noor Achmad, MA (Rektor Universitas Wahid Hasyim), Prof. Dr. H. M Amin Syukur, MA (Guru Besar IAIN Walisongo) dan Dr. H. Afandi Muchtar, MA. (Kemenag RI).
Bagi masing-masing narasumber memiliki kesan tersendiri dengan Almarhum Qodri Azizy. Afandi mengungkapkan bahwa Qodri salah satu bukti bahwa seorang santri tulen mampu berkiprah di tingkat nasional. Bahkan pandangan kritisnya selalu menjadi perhatian dalam acara diskusi.
“Pandangan kritisnya selalu muncul di ruang diskusi dan selalu didengar pendapatnya dengan argumentasi yang progresif”, kata Afandi.
Dengan lahirnya Qodri Azizy Institute ini diharapkan kajian keilmuan yang dikembangkan tidak hanya dalam ranah wacana keislaman saja. Namun berbagai diskursus wacana intelektual. “Dulu Mas Qodri, basicnya memang soal hukum namun banyak tulisannya yang tidak hanya berkisar pada kajian hukum saja, maka kami harap nanti Qodri Azizy Institute ini jangan hanya terkungkung dalam kesyari’atan semata tetapi semua kajian keilmuan”, pangkas Noor Ahmad. [elsa-ol/Wahib] http://elsaonline.com

































Memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2017, MAK NU 09 Darussa'adah Rowosari Kendal mengadakan upacara Senin pagi (23/10) di Halaman Madrasah setempat, dilanjut upacara kali kedua pada sore hari di Halaman Kantor Kecamatan Rowosari Kendal.

Kegiatan diikuti seluruh siswa MAK NU 09 dan MTs Darussa'adah dan segenap dewan guru dan karyawan. Ikut menjadi peserta upacara Satuan Koordinasi Banser Kecamatan Rowosari. Ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan bagi para siswa untuk meneladani para santri dan kyai saat resolusi jihad di Surabaya pada 22 Oktober tahun 1945 yang kemudian diperingati sebagai hari santri.

Pada peringatan tahun ke 3 HSN ini Kepala MAK NU 09 Darussa'adah sebagai pemimpin upacara membacakan pidato ketua umum PBNU tentang HSN 2017 di hadapan peserta upacara. Dirinya juga menekankan isi pidato tersebut tentang pentingnya memelihara perilaku baik yang telah dilakukan para pendahulu, tapi jangan lupa agar tetap menciptakan hal baru yang lebih baik. Dengan memegang prinsip "al mukhafadzatu ala qadimish sholih wal akhdzu bil jadidil aslah"

 Upacara berlangsung dengan tertib dan lancar ditutup dengan yel-yel hari santri yang dipimpin oleh Komandan Satkorkel Banser Desa Bulak kecamatan Rowosari Nasrul Latif Tohir. Diharapkan kegiatan ini bisa dilestarikan pada tahun-tahun berikutnya. *SM

Prof. Dr. Masykuri Abdillah (urutan 8 kanan Raja Salman) usai diskusi bersama Raja Salman, Presiden Joko Widodo, dan sejumlah tokoh lintas agama di Hotel Raffles jakarta Selatan, Jum'at (3/3/2017)
SALAH satu keberhasilan spektakuler dari kunjungan Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud ke Indonesia adalah pertemuan beliau dengan komunitas antaragama. Jumat (3/3), Raja Salman didampingi Presiden Jokowi bertemu dengan sejumlah tokoh lintas agama di Hotel Raffles, Jakarta Selatan.

Pertemuan  tersebut dihadiri 28 tokoh berbagai agama: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Dari Islam hadir Din Syamsuddin, Azyumardi Azra, Kamarudin Amin, Alwi Shihab, Yenny Wahid, Abdul Mu’ti, Masykuri Abdillah, Komaruddin Hidayat, dan Yudie Latief. Sedangkan dari Kristen Protestan hadir Hanriette T Hutabarat, Rony Mandang, Jacob Nahuway, dan Gomar Gultom.

Sementara tokoh agama Katolik yang hadir Ignatius Suharyo Hajoatmojo, Antonius Subianto, Pascalis Bruno Syukur, dan Frans Magnis Suseno. Adapun tokoh agama Buddha hadir Hartati Tjakra Murdaya, Sri Pannyavaro, Suhadi Sanjaya, dan Arif Harsono.

Dari Hindu ada Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Ketut Parwata, Letjen TNI (Purn) Putu Soekreta Soeranta, dan Made Gede Erata. Adapun dari Konghucu—Uung Sendana, Budi Santoso Tanuwibowo, dan XS Djangrana. Dalam pertemuan bersejarah tersebut, Raja Salman meminta agar toleransi beragama terus ditingkatkan.

Pada kesempatan itu, Raja Salman menyatakan dukungannya atas dialog rutin antarumat beragama di Indonesia. Dialog tersebut, kata Khadimul Kharamain, akan memperkuat hubungan masyarakat untuk menopang kestabilan negara.

Raja menyampaikan bahwa Saudi sudah melakukan hal sama, dialog antaragama untuk menentang terorisme dan radikalisme. Saudi, kata Salman, telah mendirikan sebuah lembaga nirlaba bernama King Abdullah bin Abdulaziz International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) yang berlokasi di Wina, Austria.

Tujuan dari LSM yang dibentuk 26 November 2012 lalu itu adalah untuk mempromosikan dialog antaragama secara global guna mencegah dan memecahkan konflik. Raja Salman juga mengajak Indonesia untuk lebih erat melawan aksi radikalisme. Realisasi dari ajakan itu sudah dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) antara dua kepolisian yang diteken di Istana Bogor pada 1 Maret lalu.

Toleransi beragama, kata Salman, menjadi modal kuat untuk kemajuan bersama. Raja memuji Indonesia karena beliau menganggap Indonesia stabil. Hal ini terjadi karena ada semangat toleransi yang ditunjukkan antarumat beragama di Indonesia.

Salman mengatakan umat beragama harus saling membantu. Tanpa hal itu, sulit terjadi persatuan. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi menyatakan para pemimpin agama adalah salah satu pilar dalam rangka harmoni persatuan bangsa Indonesia. Mereka menjadi teladan bagi umatnya dalam rangka mengembangkan sikap toleransi.

Sementara itu, tokoh-tokoh lintas agama menyatakan apresiasinya atas waktu yang diluangkan Raja Salman untuk berbincang dengan mereka. Ini adalah perjumpaan simbolik dan tonggak sejarah bagi Indonesia. “Kedatangan Raja Salman menjadi siraman energi yang luar biasa bagi Indonesia," kata Yenny Wahid yang hadir dalam pertemuan tadi.

Sumber berita: https://nasional.sindonews.com
Sumber Foto: http://www.suarainvestor.com

Berikut kami share file Presentasi PPDB tahun 2017/2018 MA NU 09 DARUSSA'ADAH PROGRAM KETERAMPILAN Rowosari Kendal Jawa Tengah Tahun 2017/2018






















Label

Selayang MA Darussa'adah

Selayang MA Darussa'adah

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Blog Archive