Jejak Intelektual-Birokrat: Meneladani Kearifan Prof.Dr.A.Qodri A.Azizy Biografi Prof.A.Qodri A.Azizy, mengenal sosoknya yang istimewa, multi-disiplin, birokrat yang berani dan peduli terhadap masyarakat. Penerbit:
Literatur Nusantara. Penulis/ Pemimpin Redaksi: Abdul RoufAli Romdhoni.
Tahun: 2013. Bahasa Indonesia. untuk memperoleh informasi lebih jelas
tentang koleksi ini, silakan menghubungi kontak Perpustakaan PBNU yang
beralamat di Gedung PBNU lantai 2 dengan nomor telepon 08161166426 atau
email perpuspbnu@yahoo.co.id”
http://nahdlatululama.id
[Semarang – elsaonline.com] Jejak perjalanan seseorang yang memiliki pemikiran yang progresif
sangat penting sekali untuk diabadikan. Bahkan diukir namanya dalam
sebuah perkumpulan untuk mengingat peranan tokoh tersebut dalam dunia
pemikiran. Lebih dari itu, sosok pemikir tersebut ketika dituliskan
dalam buku, karena ini akan membangkitkan semangat juang para
generasinya.
Hal itulah yang menjadi dorongan Abdul Rouf dan Ali Romdloni, penulis
buku “Jejak Intelektual Birokrat; Meneladani Kearifan Prof. Dr. A.
Qodri A. Azizy”. Kedua penulis mengambil langkah ini untuk mengenang
jejak pemikiran Prof. Qodri menjadi tambah yaki setelah
mengkonsultasikan ide ini ke beberapa tokoh, baik dari lingkungan IAIN
Walisongo maupun di luar.
“Langkah ini sebagai wujud pengabadian pemikiran dari Pak Qodri, dia
adalah sosok aktifis namun birokratis”, jelas Rouf ketika sebagai sala
satu Seminar Nasional, Bedah Buku dan Lauching Qodri Azizy Institute, di
Hotel Ciputra (30/12).
Hal serupa juga disampaikan oleh Ali Romdloni, yang lebih akrab
disapa Doni. Penulis yang sekarang ini menetap di Pati sangat
menginspirasi pemikiran Prof. Qodri. “Saya menyimpulkan bahwa setidaknya
pemikiran Pak Qodri mencakup tiga hal, kajian keislaman klasik,
nasionalisme dan kemudian dalam metodologi pemikiran”, tutur Doni.
Pak Qodri, menurut Doni, tidak membedakan dan mendebatkan apakah ini
ilmu Islam dan non Islam. Namun sosok inteletual mantan Rektor IAIN
Walisongo 1999-2002 ini menyatukan ilmu pengetahuan tersebut. Bahkan dia
mampu mendialogkan keilmuan dengan kondisi masyarakat sekitar.
Dalam Acara tersebut, hadir juga narasumber, Dr. A. Fadlil Sumadi,
SH, M.Hum (Hakim Mahkamah Konstitusi RI), Prof. Dr. H. A. Gunaryo M.Soc,
SC (Kemenag RI), Prof. Dr. Masykuri Abdillah (Watimpres RI), Dr. H.
Noor Achmad, MA (Rektor Universitas Wahid Hasyim), Prof. Dr. H. M Amin
Syukur, MA (Guru Besar IAIN Walisongo) dan Dr. H. Afandi Muchtar, MA.
(Kemenag RI).
Bagi masing-masing narasumber memiliki kesan tersendiri dengan
Almarhum Qodri Azizy. Afandi mengungkapkan bahwa Qodri salah satu bukti
bahwa seorang santri tulen mampu berkiprah di tingkat nasional. Bahkan
pandangan kritisnya selalu menjadi perhatian dalam acara diskusi.
“Pandangan kritisnya selalu muncul di ruang diskusi dan selalu
didengar pendapatnya dengan argumentasi yang progresif”, kata Afandi.
Dengan lahirnya Qodri Azizy Institute ini diharapkan kajian keilmuan
yang dikembangkan tidak hanya dalam ranah wacana keislaman saja. Namun
berbagai diskursus wacana intelektual. “Dulu Mas Qodri, basicnya memang
soal hukum namun banyak tulisannya yang tidak hanya berkisar pada kajian
hukum saja, maka kami harap nanti Qodri Azizy Institute ini jangan
hanya terkungkung dalam kesyari’atan semata tetapi semua kajian
keilmuan”, pangkas Noor Ahmad. [elsa-ol/Wahib]
http://elsaonline.com