Tarian lagu Cublek-cublek Suweng, dimainkan oleh para siswi kelas X MA Darussa'adah Rowosari. Lagu ini sejatinya lagu dolanan anak-anak di Jawa karya Kanjeng Sunan Giri (1442 M) yang berisi syair sanepa (simbol) penuh makna dan keutamaan hidup manusia.
Cublak-cublak suweng, suwenge teng gelenter, mambu ketundhung gudel, pak empo lera-lere, sopo ngguyu ndhelikake, Sir-sir pong dele kopong, Sir-sir pong dele kopong, sir-sir pong dele kopong. Lagu dolanan anak-anak di Jawa, karya Sunan Giri (1442M) ini berisi syair ‘sanepo’ (simbol) yg sarat makna, tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/puisi.wibhyanto/memahami-lagu-cublak-suweng-yang-kaya-makna_552a89e16ea8340e30552d31
Tarian ini sebagai penutup serentetan tarian yang diperankan dalam serial drama Qois Laila pada HUT 11 MA Darussa'adah Rowowsari Kendal pada Rabu 4 Mei 2016. Silahkan simak videonya di bawah ini:
ublak-cublak suweng, suwenge teng gelenter, mambu ketundhung gudel, pak empo lera-lere, sopo ngguyu ndhelikake, Sir-sir pong dele kopong, Sir-sir pong dele kopong, sir-sir pong dele kopong. Lagu dolanan anak-anak di Jawa, karya Sunan Giri (1442M) ini berisi syair ‘sanepo’ (simbol) yg sarat makna, tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia. Cublak-cublak suweng, Cublak Suweng artinya tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati. Suwenge teng gelenter, Suwenge Teng Gelenter, artinya suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia. Mambu ketundhung gudel, Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau). Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati. Pak empo lera-lere, Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri. Sopo ngguyu ndhelikake, Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yg menyembunyikan). menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah. Sir-sir pong dele kopong, Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati nurani yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada menemu Tempat Harta Sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, tersenyum sumeleh,rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir-nya atau hati nuraninya. Pesan moral lagu dolanan "Cublak Suweng" adalah: “Untuk mencari harta kebahagiaan sejati janganlah manusia menuruti hawa nafsunya sendiri atau serakah, tetapi semuanya kembalilah ke dalam hati nurani, sehingga harta kebahagiaan itu bisa meluber melimpah menjadi berkah bagi siapa saja ”.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/puisi.wibhyanto/memahami-lagu-cublak-suweng-yang-kaya-makna_552a89e16ea8340e30552d31
Cublak-cublak suweng, suwenge teng gelenter, mambu ketundhung gudel, pak empo lera-lere, sopo ngguyu ndhelikake, Sir-sir pong dele kopong, Sir-sir pong dele kopong, sir-sir pong dele kopong. Lagu dolanan anak-anak di Jawa, karya Sunan Giri (1442M) ini berisi syair ‘sanepo’ (simbol) yg sarat makna, tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia. Cublak-cublak suweng, Cublak Suweng artinya tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati. Suwenge teng gelenter, Suwenge Teng Gelenter, artinya suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia. Mambu ketundhung gudel, Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau). Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati. Pak empo lera-lere, Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri. Sopo ngguyu ndhelikake, Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yg menyembunyikan). menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah. Sir-sir pong dele kopong, Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati nurani yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada menemu Tempat Harta Sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, tersenyum sumeleh,rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir-nya atau hati nuraninya. Pesan moral lagu dolanan "Cublak Suweng" adalah: “Untuk mencari harta kebahagiaan sejati janganlah manusia menuruti hawa nafsunya sendiri atau serakah, tetapi semuanya kembalilah ke dalam hati nurani, sehingga harta kebahagiaan itu bisa meluber melimpah menjadi berkah bagi siapa saja ”. SELESAI

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/puisi.wibhyanto/memahami-lagu-cublak-suweng-yang-kaya-makna_552a89e16ea8340e30552d31

Kolaborasi Tari kuda Lumping khas budaya Nusantara dalam serial drama QOIS LAILA dari kitab karya Syech Nizami Al Ganjavi. Lakon ini ditampilkan pada HUT 11 MA DARUSSA'ADAH Rowosari Kendal, Rabu 4 Mei 2016. Tarian ini menggambarkan semangat heroik bagi lakon Qois yang memiliki kecedasan istimewa dan keahlian luar biasa dalam bidang seni. Termasuk seni berperang. Silahkan simak Video di bawah ini:

Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna.
Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia ,Suriname, Hongkong, Jepang dan Amerika.
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga pada masyarakat jawa sering disebut sebagai jaran kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reyog abad ke 8.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.
Sumber Bacaan : https://id.wikipedia.org

Tari Barakallah Maher Zen ikut semarakkan HUT 11 MA darussa'adah Rowosari Kendal. Para penari ini kolaborasi kelas X da XI MA darussa'adah Rowosari. Dalam urutan kisah drama QOIS LAILA yang ditampilkan, tarian inisebagai hiburan pada bagian 10 saat Laila dinikahkan dengan Ibnu Salam.
Untuk itu, silahkan simak vidio tariannya di bawah ini:








Pementasan Drama bertajuk "Qois Laila" turut semarakkan HUT ke 11 Madrasah Aliyah Darussa'adah Rowosari Kendal pada Rabu (4/5) di halaman MA Darussa'adah Rowosari Kendal. Tim solid kerja bareng OSIS MA Darussa'adah dan Gerakan Pramuka Ambalan As Syafi'i - Robi'ah Adawiyah begitu memukau ratusan pengunjung yang hadir.

Seperti diketahui, HUT MA  Darussa'adah Rowosari Kendal ditetapkan setiap tanggal 2 Mei. Sudah menjadi rutinitas tahuan untuk menyambut momentum bersejarah ini, OSIS didapuk menjadi panitia penyelenggara. Pentas Seni (Pensi) menjadi kegiatan favorit selain lomba antar kelas, Cerdas Cermat, dan menghias tumpeng. Kisah Qois Laila dipilih panitia untuk dipentaskan dalam memeriahkan HUT 11 ini.

Diawali kisah Sayyid Omri dan Istrinya, pemuka Kabilah Omriyah yang lama tak berketurunan. Dengan ketulusan doa'nya sehingga dikarunia putra tampan dan cerdas bernama Qois Al Mulawwah. Peran ini begitu lincah dimainkan Ahmad Khuzali dan Siti Afifah yang keduanya duduk di kelas XI.
Qois kecil diasuh dengan penuh kasih sayang, kecerdasan di bidang seni, membuat syair, dan seni berkuda semua ditampilkan dalam drama ini. Dalam perannya, Qois yang dimainkan Ali Asa kelas XI sangat ekpressif memainkan Mandolin Oud Mesir. Kemeriahan semakin pecah ketika Qois memerankan kelihaiannya dalam berkuda diiringi 6 penari kuda lumping. Sorak sorai pengunjung pun nyaris tak terelakkan.


Sampai pada cerita pertemuan Qois dan Laila di sebuah pesantren, Nur Afif kelas X yang berperan sebagai seorang Syech tampak menikmati perannya. "Afif ini kalau berjubah kayak Syech beneran ya," celetuk seorang pengunjung yang juga guru di MA Darussa'adah.

Kehadiran Qois, disambut Laila. Tak dinyana ternyata Laila juga memiliki perasaan sama. Sama ingin memiliki dan dimiliki. Laila yang diperankan Itta Faradillah kelas XI pun mengundang teriakan pengunjung. Kelihaiannya memainkan koreo lagu Oh May Darling bersama 6 penari lainnnya membuat para lakon drama semakin bersemangat.

Sayangnya, jalinan asmara mereka tak disetujui orang tua Laila. Ayah Laila dimainkan Agi Digus kelas X, dan ibu Laila diperankan Putri Utami Sari kelas XI. Hingga Laila harus diboyong dari pesantren untuk pulang ke Nejd. tentu ini membuat duka mendalam bagi Qois.

Tak henti-hentina Qois mencari Laila, menaiki gunung, menapaki jurang, membelah panasnya gurun, dengan memanggil-manggil nama Laila. Hingga badannya tak terurus, rambut memanjang tak beraturan layaknya orang gila. Hingga orang memanggilnya MAJNUN. Begitu juga Laila yang sehari-hari menulis surat untuk Qois dan dilemparkan ke udara. Barang kali angin ada yang mau mengantarkan suratnya pada Qois.

Paksaan orang tua Laila untuk pulang ke Nejd ternyata ada rencana tersembunyi, dirinya bermaksud menjodohkan laila dengan Ibnu Salam, pria terhormat di jazirah Arab. Walaupun dengan penolakan tajam, Laila tetap tidak berdaya dan harus menuruti titah ayahandanya.

Pernikahan meriah pun berlangsung. Supri Samiun kelas X berhasil memerankan dirinya sebagai modin. Termasuk pemera Ibnu Salam yang begitu fasih melafadzkan kata "sah....".
Kemeriahan pesta didukung dengan pementarsan tari koreografi lagu Barokalloh dari Maher Zen. Sorak sorai terus menyeruak saat para penari naik panggung. "Ternyata anak-anak pinter nari juga ya," kata Ibu Isfaiyah, salah seorang guru dengan penuh takjub.


Juga penampilan tari tradisional Cublak-cublak suweng hasil besutan Ibu Fitrotul Jannah, salah satu guru keterampilan di MA Darussa'adah. Dari 7 penari, semua berasal dari kelas X.


namun pernikahnanya dengan Ibnu Salam menambah beban luka begitu mendalam bagi Laila. Pun juga dengan Ibnu Salam yang nyaris tak sempat menyentuh Laila. Duka ini mengakibatkan sakit berlarut dan akhirnya Ibnu Salam meninggal Dunia.
Sementara Qois maih mengembara di hutan dan tinggal di puing-puing reruntuhan bangunan tua. Ia tidak tahu kalau Laila kekasihnya telah menikah dengan Ibnu Salam. Naufal teman karibnya memberi tahu perihal pernikahan kekasihnya itu. Namun Qois tidak percaya. Karena dirinya yakin, Cinta Laila hanya untuk Qois.

Pecarian cinta Qois pada Laila tanpa henti. Ia terus berjalan menuju Nejd untuk bertemu kekasihnya Laila walau sesaat. Kesedihan Qois semakin larut ketika lagu Sukaro mengiringi langkah Qois yang terseret. Didukung oleh 6 penari yang memerankan tarian duka Qois.


Pun juga Laila yang menanggung duka mendalam. Ia menangis sekuatnya, memanggil Qois kekasihnya, dan memutuskan bertemu cintanya di akhirat kelak. Kematian Laila membawa duka bagi keluarga Nejd. Cucuran air mata keluarg Nedj, dan semua karib Laila turur menyertai pemakamannya.

Akhirnya, pencarian Qois al Majnun harus berakhir di pusara Laila. Ia menangis sekuatnya hingga meninggal Dunia di atas pusara Laila. "Aduh... sedih sekali", tutur seorang pengunjung dengan sorot mata berkaca-kaca.
Melihat pementasan siswa-siswi MA Darussa'adah mengundang respon para pengunjung. "Ternyata anak-anak punya bakat dalam seni pentas. Bakat ini ke depan terus dibina untuk dikembangkan. Kekompakan menjadi kunci utama dalam seni pementasan tim seperti drama ini," terang Ibu Siti Umnah, guru Bahasa Indonesia.
Juga Ibu Fitrotul Jannah, "Bagus sekali, rasanya ingin terus menyimak lagi kalau durasinya lebih panjang lagi,".
Kesuksesan pementasan ini tak luput dari rangkaian persiapan OSIS sebagai panitia penyelenggara HUT 11 MA Darussa'adah setelah mendapat restu dari Kepala Madrasah Moh. Musta'in. Juga para lakon yang gigih berlatih sepulang sekolah. Jajaran guru pendamping yang senantiasa meluangkan waktu ikut berperan dalam kesuksesan pentas ini. Apalagi saat jelang naik panggung, hampir semua guru MA, dan MTs Darussa'adah berperan aktif mengawal aksi panggung anak didik mereka. Mulai persiapan kostum, peminjaman property, dan juga tata make up. "Kami sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya kegiatan ini," tutur ketua OSIS Ali Asa dalam sambutannya.

Label

Selayang MA Darussa'adah

Selayang MA Darussa'adah

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Blog Archive